KonseP PEMBELAJARAN SOSIOLOGI
KELAS XI BAB 3: PERBEDAAN, KESETARAAN DAN HARMONI SOSIAL
A. Struktur Sosial
Pengertian
dan Ciri Struktur Sosial
Wiliam Kornblum
menekankan konsep struktur sosial pada pola perilaku individu dan kelompok,
yaitu pola perilaku berulang-ulang yang menciptakan hubungan antarindividu dan
antarkelompok dalam masyarakat. Soerjono Soekanto melihat struktur sosial
sebagai sebuah hubungan timbal balik antara posisi-posisi sosial dan antara
peranan-peranan sosial. Abdul Syani melihat struktur sosial sebagai sebuah
tatanan sosial dalam kehidupan masyarakat. Didalam tatanan sosial tersebut
terkandung hubungan timbal balik antara status dan peranan (dengan batas-batas
perangkat unsur-unsur sosial tertentu). Status dan peranan tersebut menunjuk
pada suatu keteraturan perilaku yang dapat membentuk suatu masyarakat. Dengan
demikian, secara sederhana dapat kita katakan bahwa struktur sosial adalah
keseluruhan jalinan antar unsur-unsur sosial yang pokok, yaitu kaidah-kaidah
sosial, lembaga-lembaga sosial, kelompok-kelompok sosial dan lapisan-lapisan
sosial.
Dalam
struktur sosial dikenal dua konsep penting yaitu status dan peran (role).
Ralf Linton mendefinisikan status sebagai suatu kumpulan hak dan kewajiban,
sedangkan peran merupakan aspek dinamis dari status seseorang.
Fungsi dan Bentuk
Struktur Sosial
Mayor
Polak menyatakan bahwa struktur sosial dapat berfungsi sebagai pengawas sosial,
yakni sebagai penekan kemungkinan pelanggaran terhadap norma, nilai dan
pelaturan kelompok atau masyarakat. Struktur sosial juga dapat berfungsi
sebagai dasar untuk menanamkan disiplin sosial kelompok atau masyarakat.
Menurut Nasikun, dalam konteks Indonesia, struktur sosial dapat dilihat secara
horizontal dan vertikal. Secara horizontal, struktur sosial ditandai dengan
adanya kesatuan sosial berdasarkan perbedaan suku bangsa, agama dan adat.
Secara vertikal, struktur sosial ditandai dengan adanya kesatuan sosial
berdasarkan perbedaan lapisan sosial. Dalam banyak literature, struktur sosial
horizontal disebut diferensiasi sosial, sedangkan struktur sosial secara vertikal
disebut stratifikasi sosial.
B. Diferensiasi
Sosial
Pengertian Diferensiasi Sosial
Salah satu
bentuk struktur sosial adalah diferensiasi sosial. Menurut kamus sosiologi
diferensiasi sosial adalah klasifikasi atau penggolongan terhadap perbedaan-perbedaan
tertentu yang bisaanya sama atau sejenis. Pengertian sama disini menunjuk pada
klasifikasi masyarakat secara horizontal, mendatar atau sejajar.
Dalam
masyarakat majemuk (plural society), pengelompokan horizontal yang
didasarkan pada perbedaan ras, etnis (suku bangsa), klan dan agama disebut
dengan istilah kemajemukan sosial. Pengelompokan berdasarkan perbedaan profesi
dan jenis kelamin disebut heterogenitas sosial.
Kemajemukan
sosial ditandai dengan adanya perbedaan berdasarkan :
1.
Berdasarkan ciri fisik
Misalnya, warna kulit, bentuk rambut, bentuk mata, bentuk hidung, dan bentuk
rahang. Ciri-ciri fisik tersebut disebut ciri-ciri fenotip kuantitatif.
2. Berdasarkan ciri
sosial
Timbul karena adanya perbedaan pekerjaan yang menimbulkan perbedaan cara
pandang dan pola perilaku dalam masyarakat. Termasuk dalam kategori ini adalah
perbedaan peran, prestise dan kekuasaan. Contohnya pola perilaku guru akan
berbeda dengan pola perilaku tentara.
3. Berdasarkan ciri
budaya
Berhubungan
erat dengan pandangan hidup suatu masyarakat menyangkut nilai-nilai yang
dianutnya, seperti religi, system kekeluargaan, keuletan, dan ketangguhan.
Hasilnya dapat dilihat dari pakaian, adat istiadat, Bahasa, kesenian,
arsitektur dan agama.
Bentuk-bentuk
Diferensiasi Sosial
Beberapa bentuk diferensiasi sosial diantaranya adalah diferensiasi ras,
diferensiasi suku bangsa, diferensiasi klan, diferensiasi agama, diferensiasi
profesi, dan diferensiasi jenis kelamin.
Diferensiasi Ras
Ras adalah kelompok manusia yang memiliki ciri-ciri fisik bawaan
yang sama. Menurut Ralf Linton secara garis besar, manusia dibagi dalam tiga
kelompok ras utama :
1. Ras Mongoloid
memiliki ciri-ciri fisik kulit warna kuning sampai sawo matang, rambut lurus,
bulu badan sedikit, dan mata sipit (terutama Asia Mongoloid). Ras Mongoloid
dibagi menjadi dua yaitu, Mongoloid Asia dan Indian. Mongoloid Asia terdiri
dari subras Tionghoa (Taiwan, Jepang, Vietnam) dan subras melayu (Malaysia,
Indonesia, dan Filipina). Mongoloid Indian terdiri dari orang-orang Indian di
Amerika.
2. Ras Negroid
memiliki ciri-ciri fisik rambut keriting, kulit hitam, bibir tebal, dan kelopak
mata lurus. Dibagi menjadi lima subras, yaitu Negrito, Nilitz, Negro Rimba,
Negro Oseanis, dan Hontentot-Boysesman.
3. Ras
kaukasoid memiliki ciri-ciri fisik hidung mancung, kulit putih, rambut pirang
kemerah-merahan sampai coklat kehitam-hitaman, dan kelopak mata lurus. Dibagi
menjadi lima subras, yaitu Nordic, Alpin, Mediteran, Armenoid, dan India.
Indonesia sebagai Negara kepulauan (archipelago) didiami oleh
bermacam-macam subras, yaitu :
1. Negrito, yaitu
suku bangsa Semang di Semenanjung Malaya
2. Vedroid, yaitu
suku Sakai di Riau, Kubu di Sumatera Selatan, Toala dan Tonum di Sulawesi
3. Neo Melanosoid,
yaitu penduduk di Kepulauan Kei dan Aru
4. Melayu terdiri
atas :
a.
Melayu tua (Proto Melayu) yaitu suku Batak, Toraja dan Dayak
b. Melayu
muda (Deutro Melayu) yaitu Aceh, Minang, Bugis, Makassar, Jawa, dan Sunda.
Ciri-ciri fisik
setiap ras berbeda karena beberapa faktor berikut.
1. Kondisi
geografis dan iklim
2. Faktor makanan
3. Faktor
perkawinan (amalgamasi)
Diferensiasi Suku
Bangsa (Etnis)
Suku bangsa merupakan hasil dari system kekerabatan yang lebih luas.
Masyarakat dalam system kekerabatan ini tetap percaya bahwa mereka memiliki
ikatan darah dan berasal dari nenek moyang yang sama. Jumlah suku bangsa di
Indonesia saat ini sulit diperkirakan. Menurut C. Van Vollen Houven jumlah suku
bangsa di Indonesia adalah 316, sedangkan menurut Prof. Dr. Konetjaraningrat
ada sekitar 119. Keanekaragaman suku bangsa di Indonesia juga menyangkut
keanekaragaman budaya, yang meliputi perbedaan adat istiadat, religi, bahasa
dan kesenian.
Diferensiasi Klan
Klan sering juga disebut kerabat, keluarga besar, atau keluarga
luas (extended family). Dalam masyarakat Indonesia terdapat dua bentuk
klan utama, yakni klan atas dasar garis keturunan ibu (matrilinier) dan atas dasar
garis keturunan ayah (patrilineal).
Diferensiasi Agama
Agama adalah hal yang sangat sensitif bagi masyarakat. Di Indonesia
terdapat enam agama yang diakui oleh pemerintah yaitu Islam, Kristen, Katholik,
Hindu, Budha, dan Konghucu. Walaupun berbeda-beda agama, tetapi dapat bersatu.
Diferensiasi Jenis
Kelamin
Jenis kelamin merupakan kategori dalam masyarakat yang berdasarkan pada
perbedaan seks atau jenis kelamin (perbedaan biologis). Perbedaan biologis ini
dapat kita lihat dari struktur organ reproduksi, bentuk tubuh, suara, dan
sebagainya. Atas dasar itulah, terdapat kelompok masyarakat laki-laki atau pria
dan
kelompok masyarakat perempuan atau wanita.
Pada dasarnya kedudukan laki-laki dan perempuan sama, karena mempunyai
kesempatan, status, dan peran sosial yang sama. Namun, di beberapa daerah
tertentu status laki-laki dianggap lebih tinggi daripada perempuan atau
sebaliknya. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan fisik dan sosialisasi nilai
dan
norma yang membedakan mereka. Akan tetapi, perbedaan tersebut bersifat horizontal
bukan pada tingkatan-tingkatan dalam masyarakat.
Diferensiasi
Profesi
Profesi atau pekerjaan adalah suatu kegiatan yang dilakukan manusia
sebagai sumber penghasilan ataumata pencahariannya. Dalam masyarakat sosial
profesi merupakan suatu pekerjaan yang memerlukansuatu keterampilan khusus.
Misalnya, profesi guru memerlukan keterampilan khusus seperti,
pandai berbicara, suka membimbing, sabar, dan sebagainya.
Di masyarakat terdapat berbagai macam profesi yang dimiliki anggota masyarakat.
Hal ini dikarenakan pengaruh industrialisasi dan modernisasi, serta kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Diferensiasi profesi merupakan penggolongan
anggota masyarakat berdasarkan jenis pekerjaan yang dimiliki. Berdasarkan
penggolongan inilah kita mengenal kelompok masyarakat berprofesi seperti guru,
dokter, pedagang, buruh, pegawai negeri, tentara, dan sebagainya.
Perbedaan profesi biasanya akan membawa pengaruh terhadap perilaku sosial
seseorang di lingkungannya. Contoh, perilaku seorang dokter tentunya berbeda
dengan perilaku seorang tukang becak ketika keduanya melakukan pekerjaan.
C. Stratifikasi
Sosial
Max Weber
mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai penggolongan orang-orang yang
termasuk dalam suatu system sosial tertentu kedalam lapisan-lapisan hierarki
menurut dimensi kekuasaan, hak istimewa, dan prestise. Pitirim A. Sorokin
mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai pembedaan penduduk atau masyarakat
kedalam kelas-kelas yang tersusun secara bertingkat (hierarki).
Perwujudan pelapisan didalam masyarakat dikenal dengan istilah
kelas sosial. Kelas sosial terdiri atas kelas sosial tinggi (upper class),
kelas sosial menengah (middle class), dan kelas sosial rendah (lower
class). Kelas sosial tinggi bisaanya diisi oleh para pejabat atau penguasa
dan pengusaha kaya. Kelas sosial menengah bisaanya meliputi kaum intelektual,
seperti dosen, peneliti, mahasiswa, pengusaha kecil dan menengah, serta pegawai
negeri. Kelas sosial rendah bisaanya merupakan kelompok terbesar dalam
masyarakat, seperti buruh, petani gurem dan pedagang kecil. Pengelompokan
semacam itu terdapat dalam segala bidang kehidupan.
Faktor Penyebab
Stratifikasi Sosial
Stratifikasi sosial muncul dengan sendirinya sebagai akibat dari
proses yang terjadi dalam masyarakat. Faktor-faktor penyebabnya adalah
kemampuan atau kepandaian, umur, fisik, jenis kelamin, sifat keaslian
keanggotaan masyarakat, dan harta benda. Dalam perkembangan selanjutnya,
stratifikasi sosial sengaja dibentuk sebagai subsistem sosial untuk mewujudkan
tujuan tertentu.
Beberapa kondisi umum yang mendorong terciptanya stratifikasi
sosial dalam masyarakat, menurut Wila Huky adalah sebagai berikut :
1. Perbedaan ras
dan budaya.
2. Pembagian tugas
yang terspesialisasi.
3. Kelangkaan.
Dasar Stratifikasi
Sosial Dalam Masyarakat
Dasar
stratifikasi sosial dalam masyarakat disebabkan adanya sesuatu yang dihargai
lebih.
1. Kekayaan
2. Kekuasaan
3. Keturunan
4. Pendidikan
5. Status atau
kedudukan
6. Peran (role)
Sifat Stratifikasi
Sosial
Menurut Soerjono Soekanto, dilihat dari sifatnya stratifikasi sosial
dibedakan menjadi:
1. Stratifikasi
sosial tertutup
Adalah bentuk stratifikasi yang anggota dari setiap stratanya
sulit melakukan mobilitas vertical. Karenanya, stratifikasi sosial jenis ini
bersifat diskriminatif, contohnya system kasta, masyarakat rasialis, dan
masyarakat feudal.
2. Stratifikasi
Sosial Terbuka
Bersifat
demokratis. Kemungkinan mobilitas sangat besar. Maksudnya, setiap anggota
strata dapat bebas berpindah strata sosial, baik vertical maupun horizontal.
Walaupun kenyataannya mobilitas harus melalui perjuangan berat, kemungkinan
untuk berpindah strata slalu ada. Contoh doctor, pengusaha atau guru
3. Stratifikasi
Sosial Campuran
Merupakan kombinasi antara stratifikasi sosial tertutup dan terbuka.
Missal seseorang yang memiliki kasta Brahmana di Bali pindah ke Jakarta.
Fungsi Stratifikasi
Sosial
1. Distribusi
hak-hak istimewa yang objektif
2. Menjadi system
pertanggaan pada strata yang berhubungan dengan kewibawaan dan penghargaan
3. Kriteria system pertentangan
dan persaingan
4. Penentu
lambing-lambang (symbol status) atau kedudukan
5. Penentu tingkat
mudah dan sukarnya bertukar kedudukan
6. Alat solidaritas
diantara individu-individu atau kelompok yang menduduki system sosial yang sama
dalam masyarakat
Perwujudan dari stratifikasi sosial adalah kelas-kelas sosial. Hal ini dapat
kita lihat dari segi ekonomi, sosial dan politik
Ekonomi
Pembagian kelas
dalam masyarakat dari segi ekonomi akan membedakan masyarakat atas kepemilikan
harta.
1. Kelas atas
terdiri dari kelompok orang-orang kaya
2. Kelas menengah
terdiri dari kelompok orang-orang yang berkecukupan
3. Kelas bawah
terdiri dari kelompok orang miskin
Sosial
Merupakan sistem penggolongan masyarakat menurut status. Umumnya, nilai
status seseorang dalam masyarakat diukur dari prestise atau gengsi. Contohnya,
orang lebih memilih menjadi pegawai meski gajinya kecil daripada jadi tukang.
Pelapisan secara sosial dapat pula dilihat dari pembagian kasta di Bali.
Politik
Pelapisan masyarakat didasarkan pada wewenang atau kekuasaan. Makin besar
wewenang atau kekuasaan seseorang, makin tinggi lapisan sosialnya. Masyarakat
yang memiliki wewenang atau kuasa umunya ditempatkan pada lapisan masyarakat atas.
Kelompok ini mencakup para pejabat eksekutif, yudikatif dan legislative.
Pembagian jenis ini terlihat pula pada hierarki militer.
Sistem Stratifikasi
yang Ada di Indonesia
a. Sistem
Stratifikasi Sosial dalam Masyarakat Pertanian
Pembagian kelas
berdasarkan kepemilikan tanah, berikut stratifikasi masyarakat pertanian di
Pulau Jawa
Masyarakat
pertanian pada umumnya masih menghargai peran pembuka tanah (cikal bakal),
yaitu orang yang pertama kali membuka hutan untuk dijadikan tempat tinggal dan
lahan pertanian. Bisaanya mereka menjadi sesepuh atau golongan yang dituakan.
Golongan kedua diduduki oleh pemilik tanah atau orang kaya, tetapi bukan
keturunan cikal bakal. Mereka dapat memiliki tanah dan kaya karena keuletan dan
kemampuan lainnya. Kelompok yang kedua disebut kuli kenceng. Golongan ketiga adalah
golongan petani yang hanya memiliki tanah sedikit dan hasilnya hanya cukup
untuk dikonsumsi sendiri (kuli kendo). Golongan yang keempat (buruh tani)
adalah orang yang tidak memiliki tanah, namun bekerja disektor pertanian.
b. Sistem
Stratifikasi Sosial dalam Masyarakat Feudal
Pola
dasar masyarakat feudal :
1. Raja dan kaum
bangsawan merupakan pusat kekuasaan yang harus ditaati dan dihormati oleh
rakyatnya
2. Terdapat lapisan
utama, yakni raja dan kaum bangsawan (kaum feudal) dan lapisan dibawahnya, yakni
rakyatnya
3. Adanya pola
ketergantungan dan patrimonialistik, artinya kaum feudal merupakan tokoh
panutan yang harus disegani, sedangkan rakyat harus hidup menghamba dan selalu
dalam posisi dibawah
4. Terdapat pola
hubungan antarkelompok yang diskriminatif, yaitu kaum feudal memperlakukan
bawahanya secara tidak adil dan cenderung sewenang-wenang
5. Masyarakat
feudal cenderung memiliki system stratifikasi tertutup
Lapisan Sosial Pada
Masyarakat Feudal Surakarta dan Yogyakarta
Lapisan Sosial
Masyarakat Feudal di Aceh
Lapisan Sosial Masyarakat Feodal di Sulawesi Selatan
c. Sistem
Stratifikasi Sosial pada Zaman Belanda
d. Sistem
Stratifikasi Sosial pada Zaman Jepang
e. Sistem
Stratifikasi Sosial pada Zaman Industri Modern
Berdasarkan Kriteria
Profesi
Berdasarkan
Kriteria Ekonomi
Konsekuensi
Stratifikasi Sosial
Dalam kenyataannya orang tidak memiliki kemampuan yang sama. Ada yang mampu
membayar sekolah yang mahal ada yang tidak. Akibatnya, penghargaan yang
diberikan masyarakatpun akan berbeda-beda. Perbedaan seperti ini akan
mempengaruhi gaya hidup (life style).
– Pakaian : model pakaian dan perlengkapan busana
– Rumah dan Perabot : Tipe rumah dan letak tempat tinggal serta jenis kendaraan
dan perabot rumah tangganya.
– Bahasa dan Gaya Bicara : Pemilihan kata atau Bahasa dan etika sopan santun
– Makanan : Selera dan jenis makanan
– Gelar, Pangkat, atau Jabatan
– Hobi dan Kegemaran
D. Kesetaraan
Ada lima kategori kesetaraan yang berbeda.
1. Kesetaraan
hukum, kesamaan dihadapan hukum
2. Kesetaraan politik, kesetaraan dalam bidang pembangunan
3. Kesetaraan sosial, tidak adanya dominasi oleh pihak tertentu
4. Kesetaraan ekonomi, pembagian sumber daya yang dilakukan secara adil
5. Kesetaraan moral, memiliki nilai yang sama
Ada tiga
konsep kesetaraan yang berbeda :
a. Kesetaraan kesempatan, akses ke semua posisi sosial harus di atur oleh
kriteria universal
b. Kesetaraan sejak awal, kompetisi yang adil dan setara mensyaratkan bahwa
semua peserta mulai dari garis start yang sama
c. Kesetaraan hasil, semua orang harus menikmati standar hidup dan peluang
kehidupan yang setara
E. Harmoni Sosial
Sesuatu yang sesuai dengan keinginan masyarakat umum, seperti keadaan tertib,
teratur, aman dan nyaman dapat disebut sebagai suatu kehidupan yang penuh
harmoni. Harmoni sosial adalah kondisi dimana individu hidup sejalan dan serasi
dengan tujuan masyarakatnya.
Harmoni sosial juga terjadi dalam masyarakat yang ditandai
dengan solidaritas. Secara etimologis, solidaritas adalah kekompakan atau
kesetiakawanan. Kata solidaritas menggambarkan keadaan hubungan antara individu
dan atau kelompok yang berdasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan yang
dianut bersama.
F. Kesetaraan dan Harmoni Sosial dalam Masyarakat Multikultural
Agar harmoni sosial terwujud dalam masyarakat, maka prinsip kesetaraan harus
diterapkan ditengah-tengah diferensiasi dan stratifikasi sosial.
Dinamika Masyarakat Indonesia
Sejarah perkembangan masyarakat Indonesia menunjukan bahwa potensi konflik
antar kelompok masyarakat di Indonesia cukup besar. Konflik tersebut dapat
disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain :
1. Harga diri dan kebanggaan kelompok terusik
2. Perbedaan pendirian atau sikap
3. Perbedaan kebudayaan yang dimiliki setiap etnis
4. Benturan kepentingan (politik, ekonomi dan kekuasaan)
5. Perubahan yang terlalu cepat sehingga mengganggu keseimbangan sistem dan
kemapanan
Mewujudkan Masyarakat Multikultural
Ditengah pontensi konflik yang memungkinkan bagi bangsa kita, maka usaha untuk
membentuk suatu masyarakat multikultural menjadi sangat penting. Secara
sederhana, masyarakat multikultural dapat dimengerti sebagai masyarakat yang
terdiri atas beragam kelompok sosial dengan sistem norma dan kebudayaan yang
berbeda-beda. Masyarakat multikultural merupakan bentuk dari masyarakat modern
yang anggotanya terdiri atas berbagai golongan, suku, etnis, ras, agama, dan
budaya. Mereka hidup bersama dalam wilayah local maupun nasional. Bahkan,
mereka juga berhubungan dengan masyarakat internasional, baik secara langsung
maupun tidak langsung.
Multikulturalisme tidak hanya
bermakna keanekaragaman (kemajemukan), tetapi juga kesederajatan
antarperbedaan. Dalam multikulturalisme terkandung pengertian bahwa tidak ada
sistem norma dan budaya yang lebih tinggi daripada budaya lainnya, atau tidak
ada sesuatu yang lebih agung dan luhur daripada yang lain. Semua perbedaan
adalah sederajat. Kesederajatan dalam perbedaan merupakan jantung dari
multikulturalisme.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Perlunya Masyarakat Multikultural
Menurut Tilaar, sekurang-kurangnya ada tiga hal yang mendorong berkembang
pesatnya pemikiran multikulturalisme, yaitu HAM, globalisme, dan
demokratisasi. Namun demikian, idealism masyarakat multikultural dalam
kenyataannya menemui banyak hambatan, diantaranya :
1. Sikap menganggap budaya sendiri lebih baik
2. Pertentangan antara budaya barat dan timur
3. Plularisme dianggap sebagai sesuatu yang eksotis
4. Pandangan yang paternalistis
5. Mencari apa yang disebut indigenous culture, mencari sesuatu yang dianggap
asli
6. Pandangan negative penduduk asli terhadap orang asing yang dapat berbicara
mengenai kebudayaan penduduk asli
Manfaat masyarakat multikultural
a. Melalui hubungan yang harmonis antarmasyarakat, dapat digali kearifan budaya
yang dimiliki oleh setiap budaya
b. Memunculkan penghargaan terhadap budaya lain sehingga muncul sikap toleransi
c. Menjadi benteng pertahanan terhadap ancaman yang timbul dari budaya capital
d. Menjadi alat untuk membina dunia yang aman dan sejahtera
e. Mengajarkan suatu pandangan bahwa kebenaran itu tidak dimonopoli oleh satu
orang atau kelompok saja
Sumber.
Maryati, Kun dan Juju Suryawati. 2014. Sosiologi 2:Kelompok Peminatan Ilmu-Ilmu
Sosial. Jakarta. Esis Erlangga.
CC: http://blog.unnes.ac.id/sekararumngarasati/2015/12/24/materi-pembelajaran-sosiologi-kelas-xi-bab-3-perbedaan-kesetaraan-dan-harmoni-sosial/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar